Komite Nobel Norwegia telah menetapkan penghargaan Nobel Perdamaian pada dua bagian yaitu pada Muhammad Yunus dan juga Grameen Bank untuk usaha-usaha mereka dalam menciptakan pengembangan ekonomi dan sosial dari masyarakat kelas bawah. “Kedamaian yang berkelanjutan tidak akan bisa dicapai kecuali kelompok besar populasi menemukan cara untuk menanggulangi kemiskinan.”
Yunus lahir di Chittagong, dan belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Selesai kuliah, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen di bidang ekonomi. Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup.
Pada tahun 1976, Yunus mendirikan Grameen Bank yang memberi pinjaman pada kaum miskin di Bangladesh. Hinggal saat ini, Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman lebih dari 3 miliar dolar ke sekitar 2,4 juta peminjam. Untuk menjamin pembayaran utang, Grameen Bank menggunakan sistem “kelompok solidaritas”. Kelompok-kelompok ini mengajukan permohonan pinjaman bersama-sama, dan setiap anggotanya berfungsi sebagai penjamin anggota lainnya, sehingga mereka dapat berkembang bersama-sama. Kredit mikro adalah salah satu sarana pengembangan dari kelas bawah yang juga termasuk di dalamnya melayani pengembangan demokrasi dan hak asasi manusia.
Setiap pribadi individual di bumi ini memiliki kedua bentuk potensi dan juga hak untuk hidup sejahtera. Dengan melintasi budaya dan negara, Yunus dan Grameen Bank telah menunjukkan bahwa bahkan bagian termiskin dari masyarakat miskin pun dapat bekerja menciptakan pengembangan bagi diri mereka sendiri.
Kredit mikro telah membuktikan dirinya sebagai usaha penting dalam masyarakat dimana perempuan harus berjuang melawan tekanan sodial dan kondisi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dan demokrasi politik tidak dapat meraih potensinya kecuali setengah dari perempuan dalam sebuah komunitas berpartisipasi sejajar dengan laki-laki.
Visi jangka panjang Yunus adalah untuk mengeliminasi kemiskinan di dunia. Visi tersebut tentunya tidak dapat hanya diwujudkan dengan sarana kredit mikro saja, tetapi Muhammad Yunus dan Grameen Bank telah membuktikannya, bahwa untuk usaha yang berkelanjutan untuk mencapai hal tersebut kredit mikro harus memainkan peran utama.
melihat tulisan mbak ini! ku rasa mbak berhak diberi nobel juga atas ” tulisan pembuka wawasan “
HWAAA….. lama g berkunjung ni. da ganti template. banyak tulisannya lagi.
salut wes!!!!
sori aq g komen tulisane.hehehehe… .
Cuman Ngecek doangx
masih pada tulisan yang sama
orang Indonesia susah diajak seperti begini, rata2 semuanya orientasi pribadi masing2 jarang yg memikirkan negaranya, memikirkan rakyatnya.
Termasuk pemimpin bangsa ini, yang di fikir bagaimana investor bisa masuk dan memberikan uangnya padahal ruang buat rakyatnya sendiri dibablas habis.